Contoh karya tulis tentang Penggunaan Antibiotik terhadap ibu hamil

PENGARUH PENGGUNAAN ANTIBIOTIK TERHADAP IBU HAMIL



 





KARANGAN ILMIAH SANTRI
Disusun sebagai salah satu tugas akhir tingkat Mua’llimin
oleh
Faza Ilzaam Ziyadi
NIS 141510017
Program Ilmu Pengetahuan Alam
PESANTREN PERSATUAN ISLAM TAROGONG
GARUT
2016-2017
 
 
 
 
 
LEMBAR PERSETUJUAN
PENGARUH PENGGUNAAN ANTIBIOTIK TERHADAP IBU HAMIL
oleh
Faza Ilzaam Ziyadi
NIS 141510017
disetujui dan disyahkan oleh:
               Pembimbing,                                                              Wali Kelas,

Hanifah Nurhafidzoh, S.Si                                                         Rahmat, S.Ag
diketahui,
Mudirul’am                                                                            Mudir Mu’allimin
PPI Tarogong                                                                        PPI Tarogong

H.M Iqbal Santoso                                                Aceng Syarif Mahmud,S.Pd.I



LEMBAR PENGESAHAN
PENGARUH PENGGUNAAN ANTIBIOTIK TERHADAP IBU HAMIL
oleh
Faza Ilzaam Ziyadi
NIS
Karangan Ilmiah Santri ini telah diujikan tanggal………………….

                   Penguji I                                                          Penguji II

         ………………………..                                         ……………………..

Diketahui,
Mudir Mua’llimin PPI Tarogong

Aceng Syarif Mahmud, S.pd.I

LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya :
Nama                           : Faza Ilzaam Ziyadi
Kelas                           : XII IPA 1
Menyatakan bahwa karangan ilmiah santri ini benar-benar merupakan karya sendiri, dan jika ternyata karya ini karya yang sudah ada atau karya orang lain, maka saya bersedia untuk mendapatkan sangsi.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya.

Garut, Oktober  2016

Faza Ilzaam Ziyadi                                                                                         




DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama                           :
Tempat tanggal lahir  :
Alamat                      

Riwayat Pendidikan    :
-      
Nama orang tua
Ayah                            :
Ibu                               :
Pekerjaan orang tua
Ayah                            :
Ibu                               :

MOTTO
Setiap kesabaran akan menuai hasil yang indah”
Karena itulah
Usaha Tidak Akan Menghianati Hasil
IF YOU CAN DREAM IT YOU CAN DO IT

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah menganugrahkan kasih sayang dan karunia-Nya dan atas Keridhaan-Nya penulis bisa membuat karangan ilmiah ini. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Alhamdulillah setelah melewati berbagai tantangan serta tersitanya waktu dan tenaga dalam menyelesaikan karangan ilmiah ini. Sehingga penulis dapat menyusun karangan ilmiah yang berjudul “PENGARUH PENGGUNAAN ANTIBIOTIK TERHADAP IBU HAMIL”.
Dalam karangan ilmiah ini penulis mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, maka dari itu penulis ucapkan terimakasih kepada:
1.      Ustd, H. M Iqbal Santoso selaku mudirul’am Pesantren Persis Tarogong
2.      Ustd Aceng Syarif selaku mudir Mu’allimin
3.      Ustdh Enung Jubaedah, S.Pd selaku biro karangan ilmiah
4.      Ustdh Hanifah Nurhafizhoh, S.Si selaku pembimbing yang membantu saya untukmengerjakan karangan ilmiah ini
5.      Ibunda dan Ayahanda yang selalu memberikan dorongan dan bantuan berupa moril maupun materil
6.      Sahabat-sahabat saya Abdul Malik Nurdin dan yang lainnya yang selalu memberikan saran nya dan bantuan nya dalam penulisan karangan ilmiah ini
7.      Dan semua pihak yang membantu dalam penulisan karangan ilmiah ini
Penulis menyadari bahwa karangan ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan,dengan karena itu penulis menerima saran dan kritik yang membangun untuk kebaikan penulis.
Akhirnnya penulis berharap mudah-mudahan karangan ilmiah ini bisa bermanfaat khususnya bagi penulis dan pembaca pada umumnya.

Garut, Oktober 2016

Faza Ilzaam Ziyadi














A.     Latar Belakang Masalah

Seorang wanita yang sedang hamil sering kali mengalami gangguan kesehatan sehingga dituntut untuk mengkonsumsi obat-obatan. Namun banyak obat-obatan yang dikonsumsi ibu dapat masuk kedalam plasenta dan mempengaruhi janin. Sebagai contoh Sulfonamide yang diberikan pada ibu, sebanyak < 1% akan menembus barier plasenta kedalam unit janin. Pengaruh obat-obatan terhadap janin berkaitan dengan jumlah bahan didalam peredaran darah (serum), absorbsi dalam usus, metabolisme, ikatan dengan protein (protein binding), penyimpanan dalam sel, ukuran molekul dan kelarutan bahan tersebut dalam lemak yang merupakan faktor yang menentukan kemampuan obat untuk menembus barier plasenta.
Sebuah studi yang dipublikasikan di American Journal of Obstetrics and Gynecology,  melaporkan, sekitar 46 persen ibu yang menggunakan beberapa jenis antibiotik selama kehamilan atau selama proses melahirkan. Hal itu menyebabkan bayi-bayi yang terpapar dengan obat-obatan ini mengalami penurunan kemampuan melawan infeksi. Selain itu, hampir 50 persen dari bayi-bayi ini kebal terhadap ampicillin, spektrum antibiotik yang banyak digunakan.
Oleh karena hal itu, kita bisa menyimpulkan bahwa dalam wanita yang sedang  masa kehamilan dituntut untuk berhati-hati dalam mengkonsumsi obat-obatan sehingga tidak asal mengkonsumsi obat-obatan tersebut. Namun kenyataan nya banyak ibu hamil yang mengkonsumsi obat-obatan tanpa resep dokter sehingga mereka tidak menyadari dampak yang ditimbulkan akibat mengkonsumsi obat-obatan yang tidak diketahui efek samping nya.
Maka dari itu penulis merasa tertarik untuk membuat sebuah karya tulis ilmiah yang berjudul: “PENGARUH PENGGUNAAN ANTIBIOTIK TERHADAP IBU HAMIL”.

B.     Rumusan Masalah

Agar pembahasan karya tulis ini lebih terarah kepada tujuan yang jelas, penulis merumuskan masalahnya sebagai berikut :
1.      Bagaimana pengaruh penggunaan antibiotik terhadap ibu hamil dan janin?
2.      Apa jenis antibiotik yang dapat membahayakan?
3.      Bagaimanakah penggunaan obat yang benar selama kehamilan?

C.     Tujuan Penulisan

1.      Untuk mengetahui efek penggunaan antibiotik terhadap ibu hamil
2.      Untuk mengetahui jenis antibiotik yang membahayakan janin
3.      Untuk mengetahui penggunaan obat yang benar selama kehamilan.

D.    Metode dan Teknik Penulisan

Metode yang penulis gunakan adalah metode deskriptif yaitu bersifat pemaparan atau penggambaran dengan kata-kata secara jelas dan terperinci (KBBI,2007:254).
Adapun yang dimaksud dengan teknik bibliografi yaitu daftar buku atau karangan yang merupakan sumber rujukan dan sebuah tulisan atau karangan atau daftar tentang suatu subjek ilmu (KBBI,2007:147).

E.     Sistematika Penulisan

Dalam penulisan karya ilmiah ini penulis membagi dalam empat hal yaitu:
BAB I             : PENDAHULUAN yang meliputi : latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, metode penulisan, sistematika penulisan.
BAB II             : LANDASAN TEORITIS yang meliputi : pengertian antibiotik, macam-macam atau golongan antibiotik yang mempengaruhi kehamilan.
BAB III            : PEMBAHASAN yang meliputi : pengaruh antibiotik terhadap janin, golongan antibiotik yang dapat membahayakan, penggunaan obat yang benar selama kehamilan.
BAB IV             : PENUTUP yang meliputi : simpulan dan saran.

A.      Konsep Antibiotik Menurut Kesehatan

1.      Pengertian Antibiotik
“Antibiotika (L. anti = lawan, bios = hidup) adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri,  yang memiliki khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan kuman, sedangkan toksisitasnya bagi manusia relative kecil. Turunan zat-zat ini yang dibuat secara semi-sintetis, juga termasuk kelompok ini, begitu pula semua senyawa sintetis dengan khasiat antibakteri”.(Tjay dan Rahardja, 2007:65)
“Antibiotik adalah zat biokimia yang diproduksi oleh mikroorganisme, yang dalam jumlah kecil dapat menghambat pertumbuhan atau membunuh pertumbuhan mikroorganisme lain”.(TN ,2016)
2.      Sejarah ditemukannya Antibiotik
“Kegiatan antibiotis untuk pertama kalinya ditemukan secara kebetulan oleh dr. Alexander fleming. Tetapi penemuan ini baru dikembangkan dan digunakan pada permulaan perang dunia II di tahun 1941, ketika obat-obat antibakteri sangat diperlukan untuk menanggulangi infeksi dari luka-luka

akibat pertempuran. Kemudian, para peneliti di seluruh dunia menghasilkan banyak zat lain dengan khasiat antibiotis. Tetapi berhubung dengan sifat toksisnya bagi manusia, hanya sebagian kecil saja yang dapat digunakan sebagai obat. Yang terpenting di antaranya adalah streptomisin (1944), kloramfenikol (1947), tetrasiklin (1948), neomisin (1949), eritromisin (1952), vankomisin (1955),rifampisin (1960), gentamisin (1963), bleomisin (1965), doksorubisin (1969), minosiklin (1972), dan tobramisin (1974).”(Tjay dan Rahardja,2007:65)
3.      Golongan Antibiotik
3.1      Berdasarkan struktur kimia antibiotik
3.1.1        Golongan Beta-Laktam.
Antibiotik beta laktam merupakan golongan antibiotika yang pertama kali ditemukan. Meskipun sampai sekarang banyak golongan antibiotika dengan berbagai variasi sifat dan efaktivitasnya terhadap bakteri, namun demikian antibiotika ini masih sering dipergunakan sebagai obat pertama dalam mengatasi suatu infeksi. Golongan antibiotika ini secara umum tidak tahan terhadap pemanasan, mudah rusak oleh suasana asam dan basa serta dapat dinonaktifkan oleh enzim beta laktamase. Golongan antibiotika yang memiliki kesamaan komponen struktur berupa adanya cincin beta-laktam dan umumnya digunakan untuk mengatasi infeksi bakteri. Terdapat sekitar ± 56 macam antibotik beta-laktam yang memiliki aktivitas antimikrobial pada bagian cincin beta-laktamnya dan apabila cincin tersebut dipotong oleh mikroorganisme maka akan terjadi resistensi terhadap antibiotik tersebut.
Mekanisme kerja Antibiotik beta-laktam bekerja membunuh bakteri dengan cara menginhibisi sintesis dinding selnya. Pada proses pembentukan dinding sel, terjadi reaksi transpeptidasi yang dikatalis oleh enzim transpeptidase dan menghasilkan ikatan silang antara dua rantai peptidoglikan. Enzim transpeptidase yang terletak pada membran sitoplasma bakteri tersebut juga dapat mengikat antibiotik beta-laktam sehingga menyebabkan enzim ini tidak mampu mengkatalisis reaksi transpeptidasi walaupun dinding sel tetap terus dibentuk. Dinding sel yang terbentuk tidak memiliki ikatan silang dan peptidoglikan yang terbentuk tidak sempurna sehingga lebih lemah dan mudah terdegradasi. Pada kondisi normal, perbedaan tekanan osmotik di dalam sel bakteri gram negatif dan di lingkungan akan membuat terjadinya lisis sel. Selain itu, kompleks protein transpeptidase dan antibiotik beta-laktam akan menstimulasi senyawa autolisin yang dapat mendigesti dinding sel bakteri tersebut. Dengan demikian, bakteri yang kehilangan dinding sel maupun mengalami lisis akan mati.
Macam – macam golongan beta laktam
·        Penisilin
Penisilin merupakan asam organik, terdiri dari satu inti siklik dengan satu rantai samping. Inti siklik terdiri dari cincin tiazolidin dan cincin beta laktam. Rantai samping merupakan gugus amino bebas yang dapat mengikat berbagai jenis radikal, dengan mengikat berbagai radikal pada gugus amino bebas tersebut akan diperoleh berbagai jenis penisilin, misalnya penisilin G, radikalnya adalah gugus benzil. Penisilin G untuk suntikan biasanya tersedia dalam garam N atau K. Bila atom H pada gugus karboksil diganti dengan prokain, diperoleh penisilin G prokain yang sukar larut dalam air, sehingga dengan suntikan IM akan didapat absorbsi yang lambat, masa kerja lambat. Berdasarkan spektrum aktivitas antimikrobialnya, penisilin terbagi menjadi 4 kelompok, yaitu penisilin dini (terdahulu), penisilin spektrum luas, penisilin anti-stafilokokal, dan penisilin anti-pseudomonal (spektrum diperluas). Penisilin dini secara aktif mampu melawan bakteri yang sensitif, seperti golongan Streptococcus beta-hemolitik, Streptococcus alfa-hemolitik dikombinasikan dengan aminoglikosida), pneumococcus, meningococcus, dan kelompok Clostridium selain C. difficile. Contoh dari penisilin terdahulu adalah penisilin G dan penisilin V. Penisilin spektrum luas memiliki kemampuan untuk melawan bakteri enterik dan lebih mudah diabsorpsi oleh bakteri gram negatif namun masih rentan terhadap degradasi beta-laktamase, contohnya ampisilin, amoksisilin, mesilinam, bacampicillin, dll. Penisilin anti-stafilokokal dikembangkan pada tahun 1950-an untuk mengatasi S. aureus yang memproduksi beta-laktamase dan memiliki keunggulan tahan terhadap aktivitas beta-laktamase. Contoh dari golongan ini adalah methicillin dan cloxacillin. Penisilin anti-pseudomonal dibuat untuk mengatasi infeksi bakteri gram negatif basil, termasuk Pseudomonas aeruginosa, contoh dari penisilin golongan ini adalah carbenicillin, ticarcillin, Azlocillin, dan piperacillin. Aktivitas kerja Penisilin Menghambat pembentukan mukopeptida yang diperlukan untuk sintesis dinding mikroba. Terhadap mikroba yang sensitif, penislin akan menghasilkan efek bakterisid.
·        Sefalosporin
Antibioik sefalosporin terbagi menjadi 4 generasi, Pertama adalah cephalothin dan cephaloridine yang sudah tidak banyak digunakan. In vitro sefalosporin golongan pertama memperlihatkan spektrum antimikroba yang terutama aktif terhadap kuman Gram-positif. Keunggulannya dari penisilin ialah aktifitasnya terhadap bakteri penghasil penisilinase. Golongan ini efektif terhadap kuman gram positif. Golongan ini efektif terhadap sebagian besar S. Aureus dan streptococus Pyogenes, S. Viridans dan S. Pneumoniae. Generasi kedua (antara lain: cefuroxime, cefaclor, cefadroxil, cefoxitin, dll.) digunakan secara luas untuk mengatasi infeksi berat dan beberapa di antaranya memiliki aktivitas melawan bakteri anaerob. Golongan ini kurang aktif terhadap bakteri gram positif dibandingkan dengan generasi pertama, tetapi lebih aktif terhadap kuman gram negatif misalnya H. Influenzae, P mirabilis, E. Coli dan klebsiella. Terhadap P.aeuriginosa dan enteroan empedu golongan ini tidak dianjurkan karena dikhawatirkan enterokokus termasuk salah satu penyebab infeksi. Generasi ketiga dari sefalosporin (di antaranya: ceftazidime, cefotetan, latamoxef, cefotetan, dll.) dibuat pada tahun 1980-an untuk mengatasi infeksi sistemik berat karena bakteri gram negatif-basil.  Generasi keempat dari sefalosforin Antibiotika golongan ini (misalnya sefepim, dan sefpirom) mempunyai spektrum aktifitas lebih luas dari generasi ketiga dan lebih stabil pada hidrolisis oleh betalaktamase. Antibiotika tersebut dapat berguna untuk mengatasi infeksi kuman yang resisten terhadap generasi ketiga.
·        Carbapenem
Hanya terdapat satu agen antibiotik dari golongan carbapenem yang digunakan untuk perawatan klinis, yaitu imipenem yang memiliki kemampuan antibakterial yang sangat baik untuk melawan bakteri gram negatif-basil (termasuk P. aeruginosa, Staphylococcus, dan bacteroides). Penggunaan imipenem harus dikombinasikan dengan inhibitor enzim tertentu untuk melindunginya dari degradasi enzim dari liver di dalam tubuh.

·        Monobaktam
Golongan ini memiliki struktur cincin beta-laktam yang tidak terikat ke cincin kedua dalam molekulnya. Salah satu antibiotik golongan ini yang umum digunakan adalah aztreonam yang aktif melawan berbagai bakteri gram negatif, termasuk P. Aerugino. (Handayani, Dwi. 2013)
3.1.2    Golongan Aminoglikosida
Golongan ini ditemukan dalam rangka mencari anti mikroba untuk mengatasi kuman gram negatif. Tahun 1943 berhasil diisolasi suatu turunan Streptomyces griseus yang menghasilkan streptomisin yang aktif terhadap mikroba gram negatif termasuk basil tubekulosis. Golongan ini memiliki 2 atau 3 gugusan amino pada rumus molekulnya.
Mekanisme kerja golongan ini adalah dengan mengikatkan diri pada ribosom sel-sel bakteri sehingga biosintesa proteinnya dikacaukan.
Berdasarkan rumus kimianya, golongan ini dibagi menjadi :
·        Streptomisin
Diperoleh dari Streptomyces griseus oleh Walskman (1943) dan sampai sekarang penggunaannya hampir terbatas hanya untuk tuberkulosa. Toksisitasnya sangat besar karena dapat menyebabkan kerusakan pada saraf otak ke 8 yang melayani organ keseimbangan dan pendengaran. Gejala awalnya adalah sakit kepala, vertigo, mual dan muntah. Kerusakan bersifat reversible, artinya dapat pulih kembali kalau penggunaan obat diakhiri meski kadang-kadang tidak seutuhnya. Derivat streptomisin, dehidrostreptomisin menyebabkan kerusakan organ pendengaran lebih cepat dari streptomisin sehingga obat ini tidak digunakan lagi sekarang.
·        Neomisin
Diperoleh dari Streptomyces fradie oleh Walksman. Tersedia untuk penggunaan topical dan oral, penggunaan secara parenteral tidak dibenarkan karena toksik. Antibiotik ini baik untuk usus sehingga digunakan untuk sterilisasi usus sebelum operasi. Penggunaan lokal banyak dikombinasikan dengan antibiotik lain, seperti Polimiksin B dan Basitrasin untuk menghindari terjadinya resistensi.
·        Kanamisin
Diperoleh dari Streptomyces kanamyceticus oleh Umezawa pada tahun 1955. Persediaan dalam bentuk larutan atau bubuk kering untuk injeksi, pemakaian oral hanya untuk infeksi usus atau membersihkan usus untuk persiapan pembedahan. Selain itu digunakan dalam pengobatan infeksi saluran kemih oleh pseudomonas (suntikan).
·        Gentamisin
Diperoleh dari Mycromonospora purpurea. Berkhasiat terhadap infeksi oleh kuman gram negatif seperti Protus, Pseudomonas, Klebsiella, Enterobacter yang antara lain dapat menyebabkan meningitis, osteomilitis pneumonia, infeksi luka bakar, infeksi saluran kencing dan THT. Oleh karena itu sebaiknya penggunaan gentamisin secara topical khususnya di rumah sakit dibatasi agar tidak terjadi resistensi pada kuman-kuman yang sensitif.
·        Framisetin
Diperoleh dari Streptomyces decaris. Rumus kimia dan khasiatnya mirip Neomisin. Framisetin hanya digunakan secara lokal seperti salep.
·        Tobramisin
Dihasilkan oleh Stapylococcus tenebrarius. Toksisitasnya paling ringan, khasiat, efek samping seperti gentamisin sehingga dapat dipakai sebagai pengganti gentamisin.(Tn, 2013)
3.1.3        Antibiotik golongan tetrasiklin
Tetrasiklin adalah antibiotik spektrum luas, aktif terhadap bakteri gram negatif maupun gram positif yang termasuk golongan antibiotik polyketide. tetrasiklin bekerja dengan cara menghambat sintesis protein dengan mekanisme mengikat sub unit 30s ribosom bakteri sehingga introduksi asam amino pada rantai peptida yang baru terbentuk tidak terjadi.
3.1.4        Antibiotik golongan makrolida,
·        Eritromisin
Dihasilkan oleh Streptomyces erythreus. Berkhasiat bakteriostatik, dengan mekanisme kerja merintangi sintesis protein bakteri. Antibiotik ini tidak stabil dalam suasana asam (mudah terurai oleh asam lambung) dan kurang stabil pada suhu kamar. Untuk mencegah pengerusakan oleh asam lambung, maka dibuat tablet salut selaput atau yang digunakan jenis esternya (stearat dan estolat). Karena memiliki spektrum anti bakteri yang hampir sama dengan penisilin, obat ini digunakan sebagai alternatif pengobatan pengganti penisilin bagi yang sensitif terhadap penisilin.
·        Spiramisin
Spektrum kegiatannya sama dengan eritromisin, hanya lebih lemah. Keuntungannya adalah daya penetrasi ke jaringan mulut, tenggorokan, dan saluran pernafasan lebih baik dari eritromisin.
·        Linkomisin
Berasal dari Streptomyces lincolnensis. Memiliki khasiat bakteriostatik terhadap gram positif dengan spektrum lebih sempit dari eritromisin. Merupakan obat pilihan kedua bagi kuman yang resisten terhadap penisilin, khususnya pada radang tulang (osteomielitis).
·        Klindamisin
Klindamisin merupakan devirat linkomisin yang sejak tahun 1981 digunakan sebagai lotion untuk pengobatan jerawat.
3.1.5        Antibiotik golongan kuinolon.
Obat ini bekerja dengan jalan menghambat pembentukan DNA kuman. Terdiri dari asam nalidiksat, ofloksasin, dan siprofloksasin. Interaksi golongan kuinolon adalah apabila muncul tanda inflamasi atau nyeri pada tendon, maka pemakaian obat harus dihentikan dan tendon yang sakit harus diistirahatkan sampai gejala hilang.
·        Asam Nalidiksat
Efektif untuk infeksi saluran kemih. Preparat asam nalidiksat (generic) adalah tablet 500mg. Di Indonesia saat ini juga beredar asam pipemidat.
·        Ofloksasin
Digunakan untuk infeksi saluran kemih, saluran napas bawah, dan gonore. Kontraindikasi adalah untuk pasien epilepsi, gangguan fungsi hati dan ginjal, wanita hamil/menyusui. Preparat generic adalah ofloksasin (generic) tablet 200mg, 400mg.
·        Siprofloksasin
Terutama aktif terhadap kuman gram negatif termasuk salmonella dan shigeila. Meskipun aktif terhadap kuman gram positif seperti Str. Pneumonia tapi bukan merupakan obat pilihan utama untuk pneumonia streptococcus. Siprofloksasin terutama digunakan untuk infeksi saluran kemih, saluran cerna (termasuk Thypus abdominalis) dan gonore. Tidak dianjurkan untuk anak remaja yang sedang dalam pertumbuhan. Dapat menimbulkan tremor, gagal ginjal, dan sindrom Steven Johnson. Hati-hati untuk pengendara karena dapat menurunkan kewaspadaan.(Tn,2013).
3.1.6        Antibiotik golongan kloramfenikol
Kloramfenikol merupakan antibiotik yang mempunyai aktivitas bakteriostatik, dan pada dosis tinggi bersifat bakterisid. Aktivitas antibakterinya bekerja dengan menghambat sintesis protein dengan jalan meningkatkan ribosom subunit 50S yang merupakan langkah penting dalam pembentukan ikatan peptida. Kloramfenikol efektif terhadap bakteri aerob gram positif dan beberapa bakteri aerob gram negatif.(Lusy, Andriani. 2013)
3.2       Berdasarkan sifat toksisitas selektif.
Ada antibiotik yang bersifat bakteriostatik dan ada yang bersifat bakterisid (Anonim, 2008). Agen bakteriostatik menghambat pertumbuhan bakteri. Sedangkan agen bakterisida membunuh bakteri. (Neal, 2006).
Kadar minimal yang diperlukan untuk menghambat pertumbuhan mikroba atau membunuhnya, masing-masing dikenal sebagai kadar hambat minimal (KHM) dan kadar bunuh minimal (KBM). Antibiotik tertentu aktivitasnya dapat meningkat dari bakteriostatik menjadi bakterisid bila kadar antimikrobanya ditingkatkan melebihi KHM (Anonim, 2008).
3.3       Berdasarkan mekanisme kerjanya terhadap bakteri, antibiotik dikelompokkan sebagai berikut (Stringer, 2006) :
-        Inhibitor sintesis dinding sel bakteri memiliki efek bakterisidal dengan cara memecah enzim dinding sel dan menghambat enzim dalam sintesis dinding sel. Contohnya antara lain golongan β-Laktam seperti penisilin, sefalosporin, karbapenem, monobaktam, dan inhibitor sintesis dinding sel lainnya seperti vancomysin, basitrasin, fosfomysin, dan daptomysin.
-        Inhibitor sintesis protein bakteri memiliki efek bakterisidal atau bakteriostatik dengan cara menganggu sintesis protein tanpa mengganggu sel-sel normal dan menghambat tahap-tahap sintesis protein. Obat- obat yang aktivitasnya menginhibitor sintesis protein bakteri seperti aminoglikosida, makrolida, tetrasiklin, streptogamin, klindamisin, oksazolidinon, kloramfenikol.
-        Mengubah permeabilitas membran sel, memiliki efek bakteriostatik dengan menghilangkan permeabilitas membran dan oleh karena hilangnya substansi seluler menyebabkan sel menjadi lisis. Obat-obat yang memiliki aktivitas ini antara lain polimiksin, amfoterisin B, gramisidin, nistatin, kolistin.
-        Menghambat sintesa folat, mekanisme kerja ini terdapat pada obat-obat seperti sulfonamida dan trimetoprim. Bakteri tidak dapat mengabsorbsi asam folat, tetapi harus membuat asam folat dari PABA (asam para amino benzoat), dan glutamat. Sedangkan pada manusia, asam folat merupakan vitamin dan kita tidak dapat mensintesis asam folat.
-        Mengganggu sintesis DNA, mekanisme kerja ini terdapat pada obat-obat seperti metronidasol, kuinolon, novobiosin. Obat-obat ini menghambat asam deoksiribonukleat (DNA) girase sehingga menghambat sintesis DNA. DNA girase adalah enzim yang terdapat pada bakteri yang menyebabkan terbukanya dan terbentuknya superheliks pada DNA sehingga menghambat replikasi DNA.
3.4             Berdasarkan aktivitasnya, antibiotik dikelompokkan sebagai berikut      (Kee, 1996) :
-        Antibiotika spektrum luas (broad spectrum), Antibiotik yang bersifat aktif bekerja terhadap banyak jenis mikroba yaitu bakteri gram positif dan gram negatif contohnya seperti tetrasiklin dan sefalosporin.
-        Antibiotika spektrum sempit (narrow spectrum) golongan ini terutama efektif untuk melawan satu jenis organisme. Contohnya penisilin dan eritromisin dipakai untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram positif. Karena antibiotik berspektrum sempit bersifat selektif, maka obat-obat ini lebih aktif dalam melawan organisme tunggal tersebut daripada antibiotik berspektrum luas.
3.5              Berdasarkan daya hambat antibiotik, terdapat 2 pola hambat antibiotik       terhadap kuman yaitu (Anonim, 2008) :
-        Time dependent killing. Pada pola ini antibiotik akan menghasilkan daya bunuh maksimal jika kadarnya dipertahankan cukup lama di atas Kadar Hambat Minimal kuman. Contohnya pada antibiotik penisilin, sefalosporin, linezoid, dan eritromisin.
-        Concentration dependent killing. Pada pola ini antibiotik akan menghasilkan daya bunuh maksimal jika kadarnya relatif tinggi atau dalam dosis besar, tapi tidak perlu mempertahankan kadar tinggi ini dalam waktu lama. Contohnya pada antibiotik aminoglikosida, fluorokuinolon, dan ketolid.(TN. 2016).

B.     Kehamilan

1.      Pengertian kehamilan
Menurut Kushartanti, kehamilan adalah di kandungnya janin dari hasil pembuahan sel telur oleh sel sperma. Sedangkan menurut pendapat lain mengatakan masa kehamilan pada wanita hamil dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya kehamilan normal 280 hari dihitung dari hari pertama haid terakhir. kehamilan adalah suatu rangkaian peristiwa yang baru terjadi bila ovum dibuahi dan pembuahan tersebut berkembang sampai menjadi fetus yang aterm.
Sedangkan menurut BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional), kehamilan adalah proses yang diawali dengan keluarnya sel telur matang pada saluran telur yang kemudian bertemu dengan sperma, lalu keduanya menyatu membentuk sel yang akan tumbuh.(TN, 2015)
2.      Proses Kehamilan
Proses kehamilan didahului oleh proses pembuahan satu sel telur yang bersatu dengan sel spermatozoa dan hasilnya akan terbentuk zigot. Zigot mulai membelah diri dari satu sel menjadi dua sel, dari dua sel menjadi empat sel dan seterusnya. Pada hari ke empat zigot tersebut menjadi segumpal sel yang sudah siap untuk menempel/nidasi pada lapisan dalam rongga rahim (endometrium). Kehamilan dimulai sejak terjadinya proses nidasi ini. Pada hari ketujuh gumpalan tersebut sudah tersusun menjadi lapisan sel yang mengelilingi suatu ruangan yang berisi sekelompok sel di bagian dalamnya. Sebagian besar manusia, proses kehamilan berlangsung sekitar 40 minggu (280 hari) dan tidak lebih dari 43 minggu (300 hari). Kehamilan yang berlangsung antara 20 – 38 minggu disebut kehamilan preterm, sedangkan bila lebih dari 42 minggu disebut kehamilan postterm. Menurut usianya, kehamilan ini dibagi menjadi 3 yaitu:
·        kehamilan trimester pertama 0 – 14 minggu
·        kehamilan trimester kedua 14 – 28 minggu
·        dan kehamilan trimester ketiga 28 – 42 minggu. (Muchid, Abdul. 2006).
3.      Hal-hal yang mempengaruhi kehamilan
3.1.    Faktor Fisik
Wanita hamil akan mengalami perubahan fisik selama kehamilannya, dimana perubahan ini terjadi karena adanya adaptasi terhadap pertumbuhan janin dalam rahim dan dapat juga dipengaruhi oleh hal-hal yang berhubungan dengan fisik ibu sebelum dan selama hamil.
3.1.1.  Status Kesehatan
Status kesehatan wanita hamil akan berpengaruh pada kehamilan.  Kesehatan ibu selama hamil akan mempengaruhi kehamilannya dan memengaruhi tumbuh kembang zigot, embrio dan janin termasuk kenormalan letak janin
a.         Faktor Usia
1)      Segi negatif kehamilan di usia tua
a) Kondisi fisik ibu hamil dengan  usia lebih dari 35 tahun akan sangat menentukan proses kelahirannya. Hal ini turut memengaruhi kondisi janin.
b) Pada proses pembuahan, kualitas sel telur perempuan pada usia ini telah menurun jika dibandingkan dengan sel telur pada perempuan dengan usia reproduksi sehat (25-30 tahun) Jika pada proses pembuahan, ibu mengalami gangguan sehingga menyebabkan terjadinya gangguan perkemihan dan perkembangan buah kehamilan, maka kemungkinan akan menyebabkan terjadinya Inta Uterine Growth Retardation (IUGR) yang berakibat bayi berat lahir rendah (BBLR).
c) Kontraksi uterus juga sangat dipengaruhi oleh kondisi fisik ibu. Jika ibu mengalami penurunan kondisi, terlebih pada primitua (hamil pertama dengan usia lebih dari 40 tahun), keadaan ini harus benar-benar diwaspadai.
2)         Segi positif hamil di usia tua
a)      Kepuasan peran sebagai ibu
b)      Merasa lebih siap
c)      Pengetahuan mengenai perawatan kehamilan dan bayi lebih baik
d)     Rutin melakukan pemeriksaan kehamilan
e)      Mampu mengambuil keputusan
f)       Karir baik, status ekonomi lebih baik
g)      Perkembangan intelektual anak lebih tinggi
h)      Periode menyusui lebih lama
i)        Toleransi pada kelahiran lebih besar
b.         Riwayat Kesehatan
Penyakit yang pernah diderita ibu dapat memengaruhi kehamilannya.  Sebagai contoh penyakit yang akan memengaruhi dan dapat dipicu dengan adanya kehamilan adalah :
1.      Hipertensi
2.      Penyakit Jantung
3.      Diabetes Mellitus
4.      Anemia
5.      Penyakit Menular Seksual
c.         Kehamilan ganda (Multiple)
Pada kasus kehamilan multiple atau kehamilan lebih dari satu janin, biasanya kondisi ibu lemah.  Ini disebabkan oleh adanya beban ganda yang harus ditanggung, baik dari pemenuhan nutrisi, oksigen dan lain-lain.  Biasanya kehamilan multiple mengindikasikan adanya beberapa penyulit pada proses persalinannya, sehingga persalinan operatif (sectio caesaria) lebih dipertimbangkan.  Dengan demikian jika dilihat dari segi biaya, proses persalinan dari kehamilan multiple akan lebih tinggi jika dibandingkan dengan kehamilan tunggal mengingat adanya kemungkinan terjadinya persalinan secara SC.  Selain itu risiko adanya kematian dan cacat juga harus dipertimbangkan.
Ketika bayi sudah lahir, kemungkinan ketegangan dalam merawat bayi akan terjadi karena itu harus berkonsentrasi dua kali lipat dari pada bayi tunggal, namun adanya keunikan-keunikan akan membawa kebahagiaan tersendiri bagi keluarga.
d.         Kehamilan dengan HIV
Pada kehamilan dengan ibu yang mengidap HIV, janin akan menjadi sangat rentan terhadap penularan selama proses kehamilannya.  Virus HIV kemungkinan besar akan ditransfer melalui plasenta ke dalam tubuh bayi.
3.1.2.   Status gizi
Pemenuhan kebutuhan nutrisi sangat mutlak dibutuhkan oleh ibu hamil agar dapat memenuhi kebutuhan nutrisi bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi yang dikandungnya dan persiapan fisik ibu untuk menghadapi persalinan dengan aman.
Selama proses kehamilan bayi sangat membutuhkan zat-zat penting yang hanya dapat dipenuhi dari ibu. Penting bagi bidan untuk memberikan informasi ini kepada ibu karena terkadang pasien yang kurang memperhatikan kualitas makanan yang dikonsumsinya. Biasanya masyarakat di era sekarang ini para ibu lebih mementingkan selera dengan mengabaikan kualitas makanan yang dikonsumsi.
Pemenuhan gizi seimbang selama hamil akan meningkatkan kondisi kesehatan bayi dan ibu, terutama dalam menghadapi masa nifas sebagai modal awal untuk menyusui.
3.1.3.     Gaya hidup
Gaya hidup lain yang cukup merugikan kesehatan seorang wanita hamil, misalnya kebiasaan begadang, bepergian jauh dengan berkendara motor dan lain-lain.
Gaya hidup ini akan mengganggu kesejahteraan bayi yang dikandungnya karena kebutuhan istirahat mutlak harus dipenuhi.
a.        Substance abuse
Beberapa jenis obat-obatan bisa menghambat terjadinya kehamilan atau membahayakan bayi dalam kandungan. Jika ibu minum obat secara teratur, misalnya untuk mengatasi epilepsy atau diabetes, mintalah nasihat dokter saat memutuskan untuk hamil. Aspirin dan sulfanilamide cukup aman pada awal kehamilan, namun banyak yang belum diketahui mengenai efek jangka panjang pada janin. Hindari obat-obatan yang diduga membahayakan.
b.      Perokok
Ibu hamil yang merokok akan sangat merugikan diri sendiri dan bayinya. Bayi akan kekurangan oksigen dan racun yang dihisap melalui rokok bisa ditransfer melalui plasenta ke dalam tubuh bayi. Pada ibu hamil dengan perokok berat kita harus waspada akan risiko keguguran, kelahiran premature, BBLR bahkan kematian janin.
c.       Hamil di luar nikah/ kehamilan tidak diharapkan
Jika kehamilan tidak diharapkan, secara otomatis ibu akan sangat membenci kehamilannya, sehingga tidak ada keinginan untuk melakukan hal-hal positif yang akan meningkatkan kesehatan bayinya. Pada kasus ini kita waspada akan adanya keguguran, premature dan kematian janin. Pada kehamilan di luar nikah, hampir bisa dipastikan bahwa pasangan masih belum siap dalam hal ekonomi. Selain itu kekurangsiapan ibu untuk merawat bayi juga perlu diwaspadai.
3.2.    Faktor Psikologis
1.      Stresor Internal dan Eksternal
Stressor internal
Stressor internal meliputi faktor-faktor pemicu stress ibu hamil yang berasal dari diri ibu sendiri. Adanya beban psikologis yang ditanggung oleh ibu dapat menyebabkan gangguan perkembangan bayi yang nantinya akan terlihat ketika bayi lahir. Anak akan tumbuh menjadi seseorang dengan kepribadian yang tidak baik, bergantung pada kondisi stress yang dialami oleh ibunya, seperti anak yang menjadi temperamental, autis atau orang yang terlalu rendah diri (minder). Ini tentu saja tidak diharapkan. Oleh karena itu, pemantauan kesehatan psikologis pasien sangat perlu dilakukan.
Stressor eksternal
Pemicu stress yang berasal dari luar bentuknya sangat bervariasi, misalnya masalah ekonomi, konflik keluarga, pertengkaran dengan suami, tekanan dari lingkungan (respon negative dari lingkungan pada kehamilan lebih dari 5 kali), dan masih banyak kasus yang lain.
2.         Support Keluarga
Setiap tahap usia kehamilan, ibu akan mengalami perubahan baik yang bersifat fisik maupun psikologis. Ibu harus melakukan adaptasi pada setiap perubahan yang terjadi dimana sumber stress terbesar terjadi dalam rangka melakukan adaptasi terhadap kondisi tertentu.
Dalam menjalani prose situ ibu hamil sangat membutuhkan dukungan yang intensif dari keluarga dengan cara menunjukkan perhatian dan kasih sayang.
3.         Subrainstormingtan Abuse (substance abuse)
Kekerasan yang dialami oleh ibu hamil di masa kecil akan sangat membekas dan sangat mempengaruhi kepribadiannya. Ini perlu diperhatikan karena pada klien yang mengalami riwayat ini, tenaga kesehatan harus lebih maksimal dalam menempatkan diri sebagai teman atau pendamping yang bisa dijadikan tempat bersandar bagi klien dalam masalah kesehatan. Klien dengan riwayat ini biasanya tumbuh dengan kepribadian yang tertutup.
4.       Partner Abuse
Hasil penelitian menunjukkan bahwa korban kekerasan terhadap perempuan adalah wanita yang telah bersuami. Setiap bentuk kekerasan yang dilakukan oleh pasangan harus selalu diwaspadai oleh tenaga kesehatan jangan sampai kekerasan yang terjadi akan membahayakan ibu dan bayinya. Efek psikologis yang muncul gangguan rasa aman dan nyaman pada pasien. Sewaktu-waktu pasien akan mengalami perasaan terancam yang akan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan janinnya.
3.3.     Faktor lingkungan, sosbud dan ekonomi
3.3.1    Kebiasaan dan Adat Istiadat
Ada beberapa kebiasaan adat istiadat yang merugikan kesehatan ibu hamil. Tenaga kesehatan harus dapat menyikapi hal ini dengan bijaksana jangan sampai menyinggung “kearifan local” yang sudah berlaku di daerah tersebut. Penyampaian mengenai pengaruh adat dapat melalui berbagai teknik, misalnya melalui media masa, pendekatan tokoh masyarakat dan penyuluhan yang menggunakan media efektif. Namun, tenaga kesehatan juga tidak boleh mengesampingkan adanya kebiasaan yang sebenarnya menguntungkan bagi kesehatan. Jika kita menemukan adanya adat yang sama sekali tidak berpengaruh buruk terhadap kesehatan, tidak ada salahnya jika memberikan respon yang positif dalam rangka menjalin hubungan yang sinergis dengan masyarakat.
3.3.2    Fasilitas Kesehatan
Adanya fasilitas kesehatan yang memadai akan sangat menguntungkan kualitas pelayanan kepada ibu hamil. Deteksi dini terhadap kemungkinan adanya penyulit akan lebih tepat, sehingga langkah antisipatif akan lebih cepat diambil. Fasilitas kesehatan ini sangat menentukan atau berpengaruh terhadap upaya penurunan angka kesehatan ibu (AKI).
3.3.3    Ekonomi
Tingkat sosial ekonomi terbukti sangat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan fisik dan psikologis ibu hamil. Pada ibu hamil dengan tingkat sosial ibu hamil yang baik otomatis akan mendapatkan kesejahteraan fisik dan psikologis yang baik pula. Status gizi pun akan meningkat karena nutrisi yang didapatkan berkualitas, selain itu ibu tidak akan terbebani secara psikologis mengenai biaya persalinan dan pemenuhan kebutuhan sehari-hari setelah bayinya lahir.
Ibu akan lebih fokus untuk mempersiapkan fisik dan mentalnya sebagai seorang ibu. Sementara pada ibu hamil dengan kondisi ibu hamil yang lemah akan mendapatkan banyak kesulitan terutama masalah pemenuhan kebutuhan primer.(Handayani, lutfi. 2012)


PEMBAHASAN
Sebelum kita, para ibu mengkonsumsi antibiotik pada masa kehamilan, ada baiknya kita mengetahui berbagai jenis dan kategori Antibiotik bagi Ibu Hamil. Obat dan antibiotik terdapat berbagai kategori, dan pemberiannya tergantung dari apakah aman jika dikonsumsi selama kehamilan.
Pada tahun 1979, FDA merekomendasikan 5 kategori obat yang memerlukan perhatian khusus terhadap kemungkinan efek terhadap janin.
  •      Kategori  A  : Studi terkontrol pada wanita, tidak memperlihatkan adanya risiko terhadap janin pada kehamilan trimester 1 (dan tidak ada bukti mengenai risiko pada trimester selanjutnya), dan sangat rendah kemungkinannya untuk membahayakan janin.
  •      Kategori B : Studi pada sistem reproduksi binatang percobaan, tidak memperlihatkan adanya risiko terhadap janin, tetapi studi terkontrol pada wanita hamil belum pernah dilakukan. Atau studi terhadap reproduksi binatang percobaan memperlihatkan adanya efek samping obat (selain penurunan fertilitasi) yang tidak diperlihatkan pada studi terkontrol pada wanita hamil trimester 1 (dan tidak ada bukti mengenai risiko pada trimester berikutnya).
  •     Kategori C : Studi pada binatang percobaan memperlihatkan adanya efek samping pada janin (teratogenik atau embriosidal atau efek samping lainnya) dan belum ada studi terkontrol pada wanita. obat hanya dapat diberikan jika manfaat yang diperoleh lebih besar dari risiko yang mungkin ditimbulkan pada janin.
  •      Kategori D : Terbukti menimbulkan risiko terhadap janin manusia, tetapi besarnya manfaat yang diperoleh jika digunakan pada wanita hamil dapat dipertimbangkan (misalnya jika obat diperlukan untuk mengatasi situasi yang mengancam jiwa atau penyakit serius dimana obat yang lebih aman tidak efektif atau tidak dapat diberikan)
  •       Kategori X : Studi pada binatang percobaan atau manusia telah memperlihatkan adanya abnormalitas janin berdasarkan pengalaman pada manusia ataupun binatang percobaan,  dan besarnya risiko obat ini pada wanita hamil jelas-jelas melebihi manfaat yang mungkin diperoleh. Obat golongan ini dikontraindikasikan bagi wanita hamil atau wanita kemungkinan untuk hamil.
Antibiotik merupakan obat-obatan yang tidak akan pernah luput dikonsumsi oleh kita, khususnya ibu hamil. Sebagaimana yang telah kita ketahui, antibiotik itu mempunyai golongan-golongan yang berbeda-beda tentu sama hal nya dengan sifat toksititas nya pun tentu akan berbeda. Hal ini menuntut kita untuk mengetahui penggolongan antibiotik beserta pengaruhnya, tentunya agar kita bisa terhindar dari kejadian yang tidak diinginkan seperti keracunan, keguguran, kematian dan  yang lainnya.

A.     Pengaruh penggunaan antibiotik beta laktam pada ibu hamil

  1.      Penisilin
Penisilin adalah obat antibiotik yang biasa digunakan untuk menangani infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Di dalam tubuh, antibiotik ini akan bekerja mencegah bakteri untuk tumbuh dan berkembang biak sekaligus membunuh bakteri yang sudah matang. Penisilin terdiri dari banyak jenis yang berfungsi untuk menangani jenis infeksi yang berbeda-beda dan pada berbagai bagian tubuh. Masing-masing jenis penisilin ini tidak bisa digunakan untuk menggantikan jenis penisilin lainnya.
Ada baiknya kalau wanita yang sedang merencanakan kehamilan, sedang hamil, atau menyusui, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter sebelum mengkonsumsi atau menggunakan penisilin, karena belum tentu efek baik terhadap orang lain akan sama efek baiknya juga terhadap kita.
Untuk mengkonsumsi penisilin dengan benar, pastikan untuk membaca petunjuk pada kemasan obat dan mengikuti anjuran dokter dalam mengonsumsi penisilin. Jangan menambahkan atau mengurangi dosis tanpa izin dokter.
Semua jenis penisilin, kecuali amoxicillin, penisilin V, pivampicillin, dan pivmecillinam, biasanya dikonsumsi dengan satu gelas penuh (kurang lebih 250 mililiter) air mineral pada saat kondisi perut sedang kosong. Hindari konsumsi minuman asam, seperti jus jeruk, satu jam sesudah mengonsumsi penisilin G. Minuman jenis ini dapat mengganggu kerja obat dalam tubuh penderita. Dan juga usahakan untuk mempertahankan jumlah kandungan penisilin dalam darah dan urine, dengan cara membagi rentang waktu antara jadwal meminum obat yang sama. Contohnya, jika diresepkan mengonsumsi 4 kali per hari, maka rentang waktu terbaik dalam meminum obat adalah setiap 6 jam sekali. Jangan memperpanjang atau mengurangi durasi pengobatan tanpa izin dokter.
Bagi yang mengkonsumsi obat jenis cair, pastikan menggunakan sendok takar khusus dalam menentukan dosis yang tepat. Tidak disarankan mengonsumsi obat cair dengan takaran sendok makan biasa.
Pastikan untuk menghabiskan obat sesuai dengan petunjuk dokter,  meski kita sudah merasa baik setelah mengkonsumsinya selama beberapa hari. Hal ini bertujuan agar infeksi hilang sepenuhnya dan agar infeksi ini tidak kambuh kembali.
Semua penisilin dianggap aman bagi wanita hamil dan yang menyusui, walaupun dalam jumlah kecil terdapat dalam darah janin dan air susu ibu.
Adapun efek dari penisilin yang umumnya terjadi di antaranya :
  •      Diare.
  •      Sakit kepala.
  •      Sariawan di mulut dan lidah.
  •      Gatal pada vagina dan keputihan.
  •       Bercak putih dalam mulut dan lidah.
  1.       Sefalosporin
Sefalosporin adalah sekelompok obat-obatan jenis antibiotik dengan struktur yang sedikit serupa dengan penisilin. Hingga saat ini, sefalosporin terdiri dari lima generasi atau kelas dan digunakan untuk mengobati berbagai jenis penyakit akibat infeksi bakteri. Beberapa kondisi yang dapat diterapi adalah infeksi telinga, pneumonia, meningitis, infeksi kulit, ginjal, tulang, dan tenggorokan. Sefalosporin membunuh bakteri dengan cara mencegahnya membangun dinding sel. Tiap obat dari generasi sefalosporin memiliki perbedaan efektivitas dalam melawan jenis bakteri tertentu, serta indikasi penyakit yang berbeda pula.
Sefalosporin dapat dengan mudah melintasi plasenta, tetapi kadarnya dalam darah janin lebih rendah daripada dalam darah ibunya. Salah satunya  Sefalotin dan sefaleksin. Sefalotin dan sefaleksin telah digunakan selama kehamilan tanpa adanya laporan efek buruk bagi bayi. Dari obat lainnya belum tersedia cukup data sedangkan percobaan binatang tidak memberikan indikasi negatif.
Kebanyakan sefalosporin dapat mencapai air susu ibu. Dari sefaklor, sefotaksim, seftriakson dan seftazidim hanya dalam jumlah kecil yang dianggap aman bagi bayi. Dari obat lainnya belum terdapat kepastian mengenai keamanannya.
Obat ini memiliki beberapa efek samping yang umumnya terjadi diantaranya adalah :
·        Mual
  •     Muntah
  •      Diare
  •     Ruam atau gatal-gatal
  •     Gangguan di area perut
  •      Pusing
  •      Demam
  •      Sakit atau peradangan di sekitar area suntikan obat
  •      Gangguan yang berhubungan dengan elektrolit tubuh
  •       Candidiasis atau infeksi jamur pada area mulut atau vagina
  •     Kolitis pseudomembran atau peradangan usus besar
  •     Superinfection atau terjadinya infeksi sekunder yang kebal terhadap pengobatan yang sedang diberikan
  •       Gangguan pada ginjal
  •      Berkurangnya sel neutrofil (salah satu jenis sel darah putih).
  •      Menurunnya tingkat trombosit darah
  1.      Carbapenem
Carbapenem (meropenem) adalah salah satu jenis antibiotik yang digunakan untuk mengobati berbagai jenis infeksi yang khusus disebabkan oleh bakteri. Obat ini dapat digunakan untuk mengobati kondisi neutropenia febril, yaitu kondisi demam yang disertai dengan penurunan jumlah sel darah putih jenis netrofil.
Meropenem bekerja dengan cara membunuh atau menghentikan reproduksi bakteri yang menyebabkan infeksi. Meropenem diberikan dalam bentuk cairan dengan cara disuntikan langsung ke dalam pembuluh darah melalui jarum yang dipasangkan ke salah satu nadi pasien oleh tenaga medis terlatih (intravenous/IV).
Mengkonsumsi meropenem bersamaan dengan obat-obatan tertentu biasanya tidak direkomendasikan kecuali jika memang dibutuhkan untuk kasus tertentu. Informasikan kepada dokter Anda mengenai obat lain yang sedang dikonsumsi pada waktu yang sama, termasuk obat-obatan bebas, agar dosis dapat ditinjau dan disesuaikan kembali. Tidak dianjurkan untuk mengonsumsi obat ini bersamaan dengan konsumsi minuman beralkohol atau tembakau (merokok).
Diskusikan juga dengan dokter mengenai pantangan makanan tertentu selama mengkonsumsi obat ini. Hindari juga mengemudikan atau mengoperasikan kendaraan atau mesin atau kegiatan lain yang dapat membahayakan diri selama mengonsumsi meropenem.
Sama seperti obat-obat lain, meropenem juga berpotensi menyebabkan efek samping. Beberapa efek samping yang umum terjadi setelah mengonsumsi obat ini, antara lain:
  •       Kemerahan dan bengkak pada area bekas suntikan
  •      Demam
  •      Ruam kulit dan gatal
  •       Diare
  •      Sakit kepala
  •      Sakit perut
  •      Sensasi kesemutan
  1. Monobaktam
Untuk golongan ini saya belum menemukan data yang tepat akan tetapi pengaruhnya bisa dibilang cukup aman bagi ibu hamil sama halnya dengan golongan beta laktam lainnya.

B.     Pengaruh penggunaan antibiotik aminoglikosida pada ibu hamil

Aminoglikosida dapat melintasi plasenta dan merusak ginjal serta menimbulkan ketulian pada bayi, maka tidak dianjurkan selama kehamilan. Obat-obat ini mencapai air susu ibu dalam jumlah kecil dan pada hakikatnya dapat diberikan selama laktasi.
Aminoglikosida dimasukkan dalam kategori obat D, yang penggunaannya oleh wanita hamil diketahui meningkatkan angka kejadian malformasi dan kerusakan janin yang bersifat irreversibel. Pemberian aminoglikosida pada wanita hamil sangat tidak dianjurkan.

  1.       Streptomisin
Streptomisin berkhasiat sebagai anti-bakteri tuberkulostatik. Streptomisin dapat digunakan untuk pengobatan tuberkulosis, tularemia, bubonic plague, glanders, dan bruselosis. Selain itu dapat juga digunakan bersama penisilin untuk mengobati endokarditis yang diakibatkan oleh stafilokukus.
Beberapa hal yang perlu diwaspadai dalam penggunaan streptomisin, bahwa antibiotik tersebut dapat mengakibatkan:
  •     Ototoksisitas, berupa kehilangan pendengaran terhadap frekuensi tinggi, tinitus, dan gangguan vestibuler.
  •        Nefrotoksisitas, yaitu gangguan pada fungsi ginjal.
  •       Otoksisitas dan nefrotoksisitas lebih sering terjadi pada penggunaan streptomisin dibandingkan dengan aminoglikosida lainnya.
  •       Kemerahan pada kulit, dermatitis eksfoliatif, syok anafilaktik, neutropenia, agranulositosis, anemia aplastik, dan trombositopenia.
  1.       Neomisin
Neomisin adalah obat yang biasa digunakan untuk mengurangi risiko infeksi sesudah pembedahan usus. Di dalam tubuh, neomisin bekerja dengan menghentikan pertumbuhan bakteri di dalam usus. Antibiotik ini juga bisa digunakan dalam program diet khusus untuk menangani gangguan otak serius berupa ensefalopati hepatik (gangguan fungsi otak akibat penyakit hati).
Wanita yang sedang merencanakan kehamilan, sedang hamil, atau menyusui, tidak dianjurkan mengonsumsi obat ini atau sebaiknya berkonsultasi dengan dokter sebelum menggunakan neomisin.
Reaksi orang terhadap sebuah obat berbeda-beda. Beberapa efek samping neomisin yang umumnya terjadi adalah mual, muntah, dan diare.
  1.        Kanamisin
kanamisin adalah antibiotika bakterisidal aminoglikosida yang digunakan secara luas terutama untuk infeksi-infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram negatif. kanamisin bekerja dengan cara mengikat secara ireversibel sub unit 30s dari ribosom prokariotik bakteri sehingga menghambat sintesa protein yang pada akhirnya menghambat pertumbuhan bakteri itu.
Kanamisin Positif beresiko terhadap janin manusia berdasarkan data- data merugikan dari pemakaian kanamisin yang dikumpulkan dari penelitian maupun bukti pengalaman serta studi terhadap manusia. namun jika manfaat yang diperoleh sangat besar, penggunaannya masih bisa dilakukan dengan tetap memperhatikan tingginya resiko
  1.       Gentamisin
Gentamisin termasuk dalam golongan antibiotik. Obat ini digunakan untuk mengobati infeksi akibat bakteri dan berfungsi membunuh atau mencegah pertumbuhan bakteri penyebab infeksi.
Jenis-jenis infeksi yang dapat diatasi dengan gentamisin adalah infeksi mata, infeksi telinga, infeksi saluran kemih, infeksi paru-paru, serta septikemia. Jika kita mengalami luka pada mata atau telinga, misalnya karena mata kita tergores atau kita baru menjalani operasi telinga, antibiotik ini juga biasanya dianjurkan oleh dokter untuk mencegah infeksi.
Wanita hamil sebaiknya menghindari penggunaan obat suntik gentamisin, kecuali dianjurkan oleh dokter. Sedangkan wanita yang sedang menyusui harus menggunakannya sesuai dengan anjuran dokter.
Tiap obat pasti memiliki efek samping, termasuk gentamisin. Beberapa efek samping yang dapat terjadi saat menggunakan gentamisin dalam bentuk obat tetes adalah:
  •        Rasa perih, sensasi terbakar, atau iritasi ringan pada mata atau telinga.
  •         Pandangan kabur setelah ditetesi obat (efek samping ini akan segera hilang).
Obat suntik gentamisin juga berpotensi menyebabkan efek samping yang meliputi kerusakan vestibular atau tuli, gangguan ginjal, serta gagal ginjal akut.
  1. Framisetin
Untuk framisetin sama khasiatnya dengan neomisin dan kegunaan nya bagi ibu hamil tidak dianjurkan.
  1. Tobramisin
Tobramisin memiliki efek samping yang sama dengan gentamisin.

C.     Pengaruh penggunaan antibiotik tetrasiklin pada ibu hamil

Tetrasiklin adalah kelompok obat antibiotik. Obat ini berfungsi untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh bakteri dengan menghentikan pertumbuhan bakteri. Obat ini tidak akan berfungsi untuk mengatasi infeksi yang disebabkan oleh virus, seperti flu dan pilek.
Tetrasiklin biasanya diberikan untuk mengatasi beberapa kondisi seperti di bawah ini:
  •      Infeksi saluran pernapasan. Infeksi saluran pernapasan bawah dan pneumonia yang disebabkan oleh Streptococcus pneumonia, Haemophilus influenza, Klebsiella pneumonia dan organisme lainnya.
  •     Infeksi saluran kemih. Disebabkan oleh infeksi bakteri spesies Klebsiella. Escherichia coli, Streptococcus faecalis, dan bakteri lainnya.
  •      Penyakit menular seksual seperti sifilis dan chlamydia (klamidia).
  •      Infeksi kulit. Termasuk di antaranya yang menyebabkan jerawat dan rosasea. Rosasea adalah penyakit yang memengaruhi wajah dengan gejala-gejala seperti bintik-bintik, kista pada kulit, muka memerah, dan pembuluh darah makin terlihat.
Bagi wanita hamil atau sedang merencanakan kehamilan atau menyusui, jangan mengonsumsi obat ini, karena penghambatan pembentukan tulang yang mengakibatkan tulang menjadi lebih rapuh dan klasifikasi gigi terpengaruh secara buruk, semua tetrasiklin tidak boleh diberikan setelah bulan keempat dari kehamilan. Begitu pula tidak bagi wanita yang menyusui dan pada anak anak sampai usia 8 tahun.
Seperti halnya penisilin dan antibiotika lainnya, tetrasiklin dapat dengan mudah melintasi plasenta dan mancapai kadar terapetik pada sirkulasi janin. Jika diberikan pada trimester pertama kehamilan, tetrasiklin menyebabkan terjadinya deposisi tulang in utero, yang pada akhirnya akan menimbulkan gangguan pertumbuhan tulang, terutama pada bayi prematur. Meskipun hal ini bersifat tidak menetap (reversibel) dan dapat pulih kembali setelah proses remodelling, namun sebaiknya tidak diberikan pada periode tersebut. Jika diberikan pada trimester kedua hingga ketiga kehamilan, tetrasiklin akan mengakibatkan terjadinya perubahan warna gigi (menjadi kekuningan) yang bersifat menetap disertai hipoplasia enamel. Mengingat kemungkinan risikonya lebih besar dibanding manfaat yang diharapkan maka pemakaian tetrasiklin pada wanita hamil sejauh mungkin harus dihindari.
Reaksi orang terhadap sebuah obat berbeda-beda. Beberapa efek samping yang bisa terjadi akibat tetrasiklin adalah:
  •    Mual dan muntah.
  •     Kehilangan selera makan.
  •       Sakit kepala.
  •    Merasa sakit perut.
  •       Mengalami diare.
  •      Munculnya infeksi jamur yang menyebabkan gatal-gatal pada mulut atau vagina.
  •      Sakit atau iritasi tenggorokan.



D.    Pengaruh penggunaan antibiotik maklorida pada ibu hamil

  1.         Eritromisin
Eritromisin adalah golongan antibiotik makrolida yang dapat digunakan untuk mengobati berbagai jenis infeksi bakteri akut, seperti infeksi kulit, mata, telinga, saluran kemih, dan pernapasan. Obat ini juga dapat digunakan untuk mencegah kambuhnya serangan demam rematik pada pasien yang memiliki reaksi alergi terhadap antibiotik sulfa dan penisilin.
Bagi wanita yang sedang hamil atau menyusui, sesuaikan dosis dengan anjuran dokter. Eritromisin dapat diberikan dengan aman, sedangkan bagi deviratnya belum ada kepastian.
Pemakaian eritromisin pada wanita hamil relatif aman karena meskipun dapat terdifusi secara luas ke hampir semua jaringan (kecuali otak dan cairan serebrospinal), tetapi kadar pada janin hanya mencapai 1-2% dibanding kadarnya dalam serum ibu. Di samping itu, sejauh ini belum terdapat bukti bahwa eritromisin dapat menyebabkan kelainan pada janin. Kemanfaatan eritromisin untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh Chlamydia pada wanita hamil serta pencegahan penularan ke janin cukup baik, meskipun bukan menjadi obat pilihan pertama. Namun dilihat dari segi keamanan dan manfaatnya, pemakaian eritromisin untuk infeksi tersebut lebih dianjurkan dibanding antibiotika lain, misalnya tetrasiklin.
Sama seperti obat-obat lain, eritromisin juga berpotensi menyebabkan efek samping. Beberapa efek samping yang umum terjadi setelah mengonsumsi antibiotik makrolida ini adalah:
  •      Diare
  •     Gangguan perut, seperti nyeri dan kram
  •      Mual
  •      Muntah
  1.       Spiramisin
Spiramisin adalah kelompok obat antibiotik makrolida yang berfungsi mengatasi berbagai macam infeksi. Obat ini sering digunakan untuk mengobati toksoplasmosis pada wanita hamil karena dapat menurunkan risiko penyebaran infeksi pada bayi yang belum lahir. Meski begitu, obat ini tidak berguna apabila bayi yang belum lahir sudah terinfeksi oleh parasit ini.
Toksoplasmosis adalah infeksi yang disebabkan oleh parasit yang bernama Toxoplasma gondii atau T. gondii, sering kali ditemukan pada kotoran kucing yang terinfeksi. Parasit ini bisa menginfeksi sebagian besar hewan berdarah panas, seperti domba, sapi, dan anjing, termasuk manusia.
Bagi wanita menyusui, tanyakan kepada dokter sebelum mengkonsumsi obat ini, karena obat ini bisa berdampak pada ASI.
Beberapa efek samping yang umumnya terjadi adalah:
  •      Mual dan muntah.
  •      Diare.
  •      Sakit perut.
  1.      Linkomisin
Linkomisin adalah antibiotik yang dapat digunakan untuk menangani infeksi akibat bakteri. Pneumonia dan selulitis termasuk contoh infeksi berat yang bisa ditangani dengan obat ini.
Antibiotik ini bekerja dengan membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri penyebab infeksi. Oleh karena itu, linkomisin tidak cocok untuk mengobati infeksi akibat virus, seperti flu atau pilek.
Dokter umumnya hanya menganjurkan penggunaan linkomisin untuk pasien yang alergi terhadap jenis antibiotik penisilin atau untuk melawan bakteri yang menunjukkan resistansi terhadap antibiotik lain. Hal ini disebabkan karena efek samping dan risiko keracunan linkomisin.
Wanita yang berencana hamil, sedang hamil, dan sedang menyusui dianjurkan untuk berkonsultasi dengan dokter sebelum menggunakan linkomisin.
Linkomisin tentu memiliki potensi untuk menyebabkan efek samping sama seperti obat-obat lain. Efek samping utama dari obat ini adalah diare yang ringan hingga parah. Hindari konsumsi obat anti-diare tanpa berkonsultasi dengan dokter terlebih dulu. Beberapa efek samping lain yang dapat terjadi saat mengkonsumsi antibiotik ini meliputi pusing, ruam serta gatal-gatal pada kulit, mual, muntah, vaginitis, urtikaria.
  1.       Klindamisin
Klindamisin adalah golongan antibiotik yang digunakan untuk mengobati infeksi serius yang disebabkan oleh bakteri, dengan cara menghentikan perkembangbiakannya. Beberapa kondisi yang dapat ditangani oleh Klindamisin di antaranya adalah infeksi pada sistem pencernaan, sendi dan tulang seperti osteomyelitis, darah, kulit, paru-paru, organ reproduksi wanita, serta infeksi pada organ-organ dalam lainnya. Selain itu, Klindamisin juga dapat digunakan untuk mengobati infeksi gigi yang tidak dapat diatasi oleh antibiotik lainnya.
Bagi wanita yang sedang merencanakan kehamilan, tengah hamil, serta sedang menyusui, sesuaikan dosis dengan anjuran dokter.
klindamisin juga berpotensi menyebabkan efek samping. Beberapa efek samping yang biasa terjadi setelah mengonsumsi antibiotik ini adalah:
  •        Iritasi tenggorokan.
  •        Ruam di kulit yang terasa gatal.
  •        Rasa tidak nyaman atau nyeri pada perut.

E.     Pengaruh penggunaan antibiotik kuinolon pada ibu hamil

Antibiotik golongan kuinolon merupakan obat antibiotik yang dapat menjadi sesuatu yang sangat berbahaya bagi ibu hamil karena penggunaan antibiotik ini dapat berpotensi menyebabkan kecacatan. Sebab antibiotik ini bekerja untuk menghambat pembentukan inti sel. Bila dikonsumsi berlebihan pada saat hamil maka akan mampu memicu gangguan pertumbuhan tulang pada janin.
Salah satu efek negarif dari penggunaan obat antibiotik jenis kuinolon ini adalah terganggunya pertumbuhan tulang pada bayi dan tentu akan mempengaruhi postur tubuh anak. Risiko lainnya adalah tidak menutupnya tulang belakang atau yang sering disebut spina bifida. Selain pada ibu hamil, bayi dan anak-anak juga tidak disarankan mendapatkan antibiotik ini.
    1.         Asam nalidiksat
karena pada dosis yang umum konsentrasi antibakteri hanya tercapai di dalam urine, senyawa ini cocok untuk infeksi saluran kemih, infeksi organ (jalan pernapasan, ruang abdomen, kulit dan jaringan lunak) oleh kuman yang sensitif, infeksi urologis, gonore, infeksi deengan klamidia dan mikoplasma, tuberculosis. Karena efektifitasnya terhadap helicobacter pylori juga digunakan pada gastritis kronis ulkus duodenum.
Beberapa efek samping yang umumnya terjadi antara lain; Mual, rasa tidak enak diperut, dyspepsia, kembung, diare danstomatitis, colitis psedomembranosa, sakit kepala, pusing, tidak enak badan, mengantuk, rasa capek, kegelisahan, insomnia (sulit tidur), terkadang depresi, halusinasi, pandangan kabur, psikosis dan kejang, kulit kemerahan.
    1.          Ofloksasin
Ofloksasin adalah obat golongan antibiotik kuinolon. Obat ini digunakan untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh bakteri, seperti infeksi saluran kemih, infeksi saluran pernapasan, infeksi kulit, dan infeksi menular seksual, misalnya gonore. Ofloksasin bekerja dengan cara menghentikan pertumbuhan dan memberantas bakteri penyebab infeksi-infeksi tersebut.
Bagi wanita yang sedang hamil atau menyusui tidak diperbolehkan mengkonsumsi obat ini.
Sama seperti obat-obat lain, ofloksasin juga berpotensi menyebabkan efek samping. Beberapa efek samping yang bisa terjadi setelah mengonsumsi antibiotik ini adalah:
    1.       Siprofloksasin
Siprofloksasin adalah antibiotik yang digunakan untuk menangani berbagai jenis infeksi akibat bakteri, misalnya infeksi saluran kemih, infeksi pada saluran pencernaan, infeksi pada mata, dan infeksi menular seksual. Jenis obat ini bekerja dengan membunuh atau mencegah perkembangan bakteri yang menjadi penyebab infeksi. Karena itu, siprofloksasin tidak akan efektif untuk mengobati flu atau pilek yang disebabkan oleh infeksi virus. Bagi wanita hamil dan menyusui, sesuaikan dengan anjuran dokter.
Siprofloksasin jarang menyebabkan efek samping. Beberapa efek samping yang bisa terjadi saat anda mengkonsumsi antibiotik ini adalah:
  •      Mual
  •       Sakit kepala
  •      Sering buang gas
  •      Hubungi dokter jika hal berikut terjadi:
  •     Rasa nyeri atau pembengkakan pada otot dan sendi (lebih sering terjadi pada pasien berumur di atas 60 tahun.
  •      Reaksi alergi seperti ruam, pembengkakan di sekitar wajah dan mulut serta kesulitan bernapas.

F.      Pengaruh penggunaan antibiotik kloramfenikol pada ibu hamil

Kloramfenikol adalah obat yang digunakan untuk mengobati infeksi mata yang disebabkan oleh bakteri. Jenis infeksi mata yang paling umum terjadi adalah konjungtivitis. Infeksi ini biasanya berawal dengan hanya menyerang salah satu mata, sebelum kemudian menular ke mata yang satunya lagi.
Pemberian kloramfenikol pada wanita hamil, terutama pada trimester II dan III, di mana hepar belum matur, dapat menyebabkan angka terjadinya sindroma Grey pada bayi, ditandai dengan kulit sianotik (sehingga bayi tampak keabuabuan), hipotermia, muntah, abdomen protuberant, dan menunjukkan reaksi menolak menyusui, di samping pernafasan yang cepat & tidak teratur, serta alergi. Kloramfenikol dimasukkan dalam kategori C, yaitu obat yang karena efek farmakologiknya dapat menyebabkan pengaruh buruk pada janin tanpa disertai malformasi anatomik. Pengaruh ini dapat bersifat reversibel. Pemberian kloramfenikol selama kehamilan sejauh mungkin dihindari, terutama pada minggu-minggu terakhir menjelang kelahiran dan selama menyusui. Sehingga menyebabkan untuk wanita yang sedang merencanakan kehamilan, tengah hamil, atau sedang menyusui, sesuaikan penggunaan dengan anjuran dokter.
Sama seperti obat-obat lain, Kloramfenikol juga berpotensi menyebabkan efek samping. Efek samping yang biasa terjadi setelah menggunakan obat ini adalah rasa pedih di mata. Efek ini biasanya akan hilang setelah beberapa menit.

G.    Cara mengkonsumsi antibiotik yang benar

  1.      Antibiotik harus diminum sesuai dosis yang diresepkan dokter, jangan kebanyakan atau kekurangan. Hal ini disebabkan karena setiap antibiotik memiliki dosis atau takaran yang setiap masing-masing nya berbeda, jadi sebaiknya kita harus meminum obat antibiotik sesuai dengan resep dokter.
  2.      Antibiotik sebaiknya dihabiskan walau merasa badan sudah sehat, hal ini memang wajib dilakukan karena setiap antibiotik yang tidak dihabiskan akan menyebabkan bakteri penyebab penyakit akan resisten atau kebal terhadap antibiotik yang sama hal ini menyebabkan kita susah untuk sehat.
  3.      Kita tidak diperkenankan membeli sendiri antibiotik tanpa resep dokter walaupun obat tersebut bisa dibeli di apotek tanpa resep. Karena kita tidak tahu persis berapa dosis dan jumlah yang harus diminum.
  4.      Antibiotik hanya untuk mengobati penyakit yang berasal dari bakteri (mikroba) seperti infeksi saluran kemih, radang tenggorokan dan lainnya.
  5.      Pilek, batuk dan diare umumnya tak perlu antibiotik. Hanya perlu konsumsi makanan bergizi, minum dan istirahat. Jika 3 hari tidak sembuh segera ke dokter
  6.      Agar kita lebih banyak mengetahui seputar obat-obatan, kita harus  bertanya ke dokter, obat mana saja yang mengandung antibiotik dan manfaatnya.


A.     Simpulan

  1.       Antibiotik berpengaruh terhadap kesehatan ibu hamil dan janin, dari mulai golongan beta lactam sampai dengan golongan kloramfenikol memiliki pengaruh yang berbeda-beda, contoh pengaruh baik nya seperti golongan penisilin yang hanya menimbulkan alergi saja bagi ibu hamil. Sedangkan pengaruh buruknya seperti golongan tetrasiklin yang dapat menyebabkan tulang menjadi lebih rapuh dan klasifikasi gigi terpengaruh secara buruk. Hal-hal tersebut dapat mempengaruhi tubuh ibu hamil atau pun perkembangan janin.
  2.       Jenis-jenis antibiotik yang dapat membahayakan diantaranya :
·        Golongan tetrasiklin                        : Perubahan warna dan dysplasia gigi                 dan tulang; katarak
·        Golongan aminoglikosida                : Otoksisitas
·        Golongan kuinolon                          : Deposisi dalam tulang yang sedang bertumbuh

·        Golongan makrolida                        : Hepatotoksitas ibu pada kehamilan lanjutan
·        Golongan kloramfenikol                  : Syndrome bayi kelabu
  1.       Penggunaan obat antibiotik yang benar harus di sesuaikan dengan resep obat dari dokter dikarenakan setiap antibiotik memiliki kadar yang berbeda. Obat antibiotik wajib untuk dihabiskan agar tidak terjadinya resistensi bakteri terhadap antibiotik yang menyebabkan kita sulit untuk sembuh.

B.     Saran

  1.      Ibu hamil sebaiknya hanya menggunakan antibiotik yang diresepkan oleh dokter. Jika ada masalah kesehatan selama kehamilan seharusnya kita memberitahukan masalah kita kepada dokter, sehingga dokter bisa meresepkan obat yang paling aman dengan dosis yang tepat khusus untuk kita. Lebih baiknya kita berkonsultasi dengan dokter kandungan, sebelum kita mengonsumsi obat obatan tanpa pemberitahuan dari dokter meskipun dikatakan termasuk dalam kategori antibiotik yang aman.
  2.       Obat antibiotik wajib untuk dihabiskan guna untuk menghindari dari resistensi obat atau kebal bakteri penyebab penyakit sehingga tubuh akan sulit untuk disembuhkan.
  3.      Bagi pembaca terkait pengaruh antibiotik, sebaiknya diinformasikan atau diberi tahu kepada ibu hamil yang kurang tahu akan pengaruh antibiotik terhadap kehamilan. juga perlu diketahui bahwa penulis memasukan data dari sumber yang terbatas.













KBBI.Tersedia: http://kbbi.web.id/bibliografi [on line]
KBBI. Tersedia: http://kbbi.web.id/deskriptif [on line]
Tjay, Hoan Tan dan Kirana Rahardja. 2007.Obat-obat penting khasiat,penggunaan dan efek-efek sampingnya. Jakarta. PT Elex media Komputindo
Handayani, Dwi. 2013. Antibiotik golongan beta lactam.[on line]. Tersedia: http://andadwihandayani.blogspot.co.id/2013/01/antibiotik-golongan-beta-laktam.html.[13 september 2016]
TN. 2016 pengertian antibiotik dan penggolongan nya.[on line]. Tersedia: http://infodanpengertian.blogspot.co.id/2016/02/pengertian-antibiotik-dan-penggolongan.html.[29 Agustus 2016]
TN. 2013 golongan aminoglikosida. [on line]. Tersedia: http://ilmuantibiotik.blogspot.co.id/2013/04/golongan-amino-glikosida.html.[13 september 2016]
TN. 2013 golongan kuinolon [on line]. Tersedia: http://ilmuantibiotik.blogspot.co.id/2013/04/golongan-kuinolon.html.[13 september 2016]

Lusy, Andriani. 2013. kloramfenikol [on line]. Tersedia: http://andrianilusy.blogspot.co.id/2013/03/kloramfenikol.html.[13 september 2016]
TN. 2016. pengertian antibiotik dan penggolongan nya [on line]. Tersedia: http://infodanpengertian.blogspot.co.id/2016/02/pengertian-antibiotik-dan-penggolongan.html.[29 Agustus 2016]
TN. 2015. definisi dan pengertian kehamilan [on line]. Tersedia: http://www.kopi-ireng.com/2015/01/definisi-dan-pengertian-kehamilan.html[15 Agustus 2016]
Muchid, Abdul. 2006. “pedoman pelayanan dan farmasi untuk ibu hamil dan menyusui” makalah pada departemen kesehatan.
Handayani, lutfi. 2012 faktor-faktor yang mempengaruhi kehamilan.[on line]. Tersedia:  http://fielutfihandayani.blogspot.nl/.[29 Agustus 2016].

Komentar

Postingan Populer